Emotional Blackmail |
Biasanya pelaku merupakan orang yang mempunyai hubungan yang dekat seperti pasangan, teman, orang tua dan relasi. Secara garis besar pelaku Emotional Blackmail mempermainkan tiga aspek kejiwaan korban, yaitu ketakutan (fear), kewajiban (obligation), dan rasa bersalah (guilt). Mari kita bahas secara singkat ya.
Ketakutan (fear)
Takut kehilangan, takut reputasi buruk dan sebagainya. Eksploitasi seperti ini sangat mudah terlihat karena wujudnya serangan frontal melalui ancaman. Tujuan si pelaku melakukan ini agar korban membayangkan jika hidupnya (korban) akan lebih buruk jika tidak menuruti permintaannya. Dalam hal ini korban berada di posisi bersalah karena ia yang akan mengambil keputusan. Contoh : ‘ aku pastikan kehidupan kamu dengan pacar barumu tidak tenang”
Kewajiban (obligation)
Mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban terhadap peran korban dalam sebuah hubungan. Memposisikan korban sebagai pihak yang salah dan pelaku di posisi benar. Tindakan yang pelaku ambil adalah seolah olah sebagai respon dari sikap korbannya. Biasanya korban yang berhasil dimanipulasi persepsinya akan dibuat setuju dengan sudut pandang pelaku. Biasanya korban dibuat menyadari telah lari dari tanggung jawab sebagai pasangan dan mulai mempertanyakan keberhargaan dirinya kemudian meminta maaf kepada pelaku serta akan berusaha memperbaiki hubungan. Contoh “kalau kamu tidak membantah apa yang aku katakan sama kamu, tidak mungkin aku teriak-teriak di depan umum”
Rasa bersalah (guilt)
Membuat korban merasa bersalah. Pelaku memposisikan dirinya sebagai korban dan korban sebagai pelaku yang akan menambah beban derita. Contoh “ aku sedang terpuruk untuk saat ini, jangan tinggalkan aku sekarang”
Kira-kira seperti itu penjelasannya, semoga membantu ya Kak...
0 komentar:
Posting Komentar